Saat ini usia putri kecil saya hampir 19 bulan dan masih full ASI, tidak pernah sufor. Target menyusui hingga 24 bulan yang berarti masih 5 bulan lagi. Sungguh perjalanan meng-ASI-hi yang cukup panjang⛵
Dulu setelah bayi lahir, singkat cerita, saya diajarkan bidan RS bagaimana cara menyusui yang benar.
Sebagai seorang Ibu yang baru menyusui secara langsung, itu cukup susah ya..
Meski sebelumnya saya sudah pernah menyusui bayi kembar saya, tapi lewat pumping karna pemberian ASI melalui selang.
Salah satu kesuksesan menyusui di awal adalah tentang pelekatan.
“Pelekatan yang tidak sempurna bisa berujung pada berbagai masalah, mulai dari puting lecet, payudara bengkak, bayi sering kolik, hingga kurangnya berat badan bayi.” (1)
Bidan mengajarkan bagaimana cara menyusui dengan benar dan memastikan bahwa saya tidak ada masalah dengan proses menyusui.
PD sebelah kiri tidak ada masalah dan keluar ASInya meski sedikit (ini wajar ya) dan bidan bilang jika ASI tidak keluar nanti dipanggilkan bagian laktasi.
Tapiiiii PD saya sebelah kanan yang sedikit ada masalah.
Mulai dari cara menyusui di PD sebelah kanan terkesan agak kaku karna rasanya kayak tidak bisa senyaman pas menyusui di PD sebelah kiri dan kata Bidannya memang rata rata begitu.
Apalagi puting saya ke dalem. Double double susahnya
Bidan memberi saya “sepet”. Bentuknya seperti suntikan dengan ukuran besar untuk menarik puting keluar. 2 hari saya di RS, masih belum keluar.
Saya tanya bidan, “Bagaimana jika saya menyusui dengan 1 PD saja?”
Bidan jawab,”Ya tidak apa apa tapi nantinya akan besar sebelah, jadi sebelah kanan dipumping saja”
Dan untungnya saya masih menyimpan pumping ASI bekas dulu saya menyusui.
Tapi sampai rumah saya tidak langsung pumping karna setelah sampai rumah, bayi saya menyusu terus bahkan sampai 6 jam tidak mau lepas.
Dan setelah dilepaskan, saya langsung ambil pumping untuk memacu puting saya keluar karna “sepet” gagal menariknya. Tiap ada waktu, saya pumping.
Dan bodohnya, ASI hasil pumping saya buang donk buibuuu…
Karna saya dulu taunya, pemberian ASI hanya lewat DBF dan dot, trus saya mikirnya ngapain saya pakai dot? Kan saya IRT full di rumah trus khawatir bingung puting juga.
Padahal kan ada media selain dot seperti cup feeder, spoon feeder, pipet dan sebagainya (2).
Btw, tidak apa apa lah ya kan cuma 4 hari saja pumpingnya *ngebela diri*
“Yang banyak dipahami masyarakat, bingung puting adalah bayi menolak menyusu ke payudara akibat sudah mengenal dot/empeng. Padahal bingung puting juga bisa ditandai dengan menurunnya produksi ASI akibat perubahan hisapan alami bayi. Bayi yang sudah kenal dot biasanya menghisap payudara layaknya dia menghisap dot. Akibatnya, payudara tidak lagi dapat dikosongkan dengan baik dan secara bertahap produksi ASI akan menurun.” (5)
Selain itu, usaha saya agar puting keluar, saya biasakan bayi menyusui dis sebelah kanan.
Susah? Bangettt. Dan baru keluar setelah 4 hari kemudian.
Pernah mengalami puting lecet? Pernah.
Sampai berdarah? Iya.
Sebelum menyusui pasti saya takut, sedih, pengen nangis karna sakitnya memang luar biasa.
Tapi saya tetap pantang menyerah demi bisa meng-ASI-hi anak saya.
Sampai usia 40 harian saya masih merasakan sakit setelah itu, sudah biasa…
Lalu jangan lupa untuk kendalikan stres yaaa.
Pasca melahirkan, saya terkena baby blues.
Apalagi saya pernah kehilangan bayi kembar sebelumnya jadi baby bluesnya cukup membuat perasaan sedih, gelisah, khawatir, yaaa pokoknya campur aduk gitu lah. Selalu berputar putar di dalam pikiran saya “Apakah saya akan bisa jadi Ibu yang baik?”
Akhirnya buat saya gampang panik. Pas di RS, tidak terhitung berapa kali saya panggil perawat. Dikit dikit panggil wkwkwk…
Dan sepanik paniknya kalian, tetap kuatkan hati menolak pola asuh kuno.
Salah satunya seperti bayi rewel tanda bahwa ASI tidak bisa bikin kenyang akhirnya disarankan sufor atau mpasi dini. Padahal tidak muncul indikasi medis untuk menggunakan sufor.
Sedangkan di pengalaman menyusui bayi kembar saya, saya belum sempat menyusui anak kedua dikarenakan di usianya yang masih 2 hari sudah meninggalkan saya untuk selama lamanya.
Dan anak pertama sempat saya susui karna di hari ke 4 baru diperbolehkan diberikannya ASI.
Itupun hanya 4 hari karena di hari ke 7, putri saya juga meninggalkan saya untuk selama lamanya.
Mengendalikan stres disaat seperti ini benar benar tidak mudah.
Karna tiap hari bagai naik roller coaster karna kondisi bayi saya yang naik turun.
Tiap hari 3 jam sekali, dalam kondisi jahitan masih basah, saya harus kirim ASI ke RS untuk anak saya. Kecuali mulai jam 9 malam sampai jam 6 pagi, suami saya yang antar ASI ke RS.
Semakin stres melihat kondisi anak yang tubuhnya dipenuhi selang membuat saya tidak nafsu makan padahal menyusui itu harus dijaga asupan nutrisinya.
Tapi demi anak saya, saya berusaha tegar setegar tegarnya.
ASI yang diproduksi tidak begitu banyak. Bisa jadi karena saya stres.
Tapi itu tidak masalah, karena bayi prematur saya hanya membutuhkan sedikit ASI di awal awal.
Itulah pembahasan bahwa stres pun pengaruhi produksi ASI.
Lalu tentang “positive thinking ASI akan cukup”.
Iya ini sangat pengaruh juga loh…
Pasti cukup buat panik ketika bayi menyusu terus sehingga terkadang berfikir “Apakah ASI saya kurang?”.
Padahal itu adalah hal wajar dan dinamakan growth spurt.
Bidan yang memandikan anak saya bilang jangan pernah berfikir ASI kurang, pokoknya tanamkan bahwa ASI akan cukup!
Kemudian saya mulai meyakinkan diri bahwa ASI akan cukup dan itu terbukti.
“Ada dua hormon yang berpengaruh terhadap kelancaran ASI, hormon prolaktin sebagai hormon yang mendorong produksi ASI dan hormon oksitosin yang mengatur pengeluaran ASI.
Hormon prolaktin bekerja selama ada pengeluaran ASI dari payudara, baik dengan diisap bayi maupun dengan memerah ASI. Sedangkan hormon oksitosin berkaitan erat dengan perasaan rileks dan keyakinan. Layaknya kerja sebuah afirmasi atau sugesti positif, jika ibu merasa rileks dan percaya diri, maka terjadilah apa yang diyakininya itu, yaitu produksi ASI-nya meningkat.”(6)
Seminggu pas kontrol ke dokter, BB bayi saya naik 196 gram yang tandanya ASI tercukupi.
Berbeda jika BB bayi turun >10% setelah hari ke-5, berdasarkan saya baca baca, ini bisa jadi indikasi medis diperbolehkannya sufor. Selain ini, ada banyakkk sekali indikasi medis diperbolehkannya sufor seperti bayi berat lahir sangat rendah <1500 gram, bayi prematur usia kandungan <32 minggu, dan lain lain(3).
Atau ” frekuensi buang air kecil yang kurang dari 5-6 kali per 24 jam dan biasanya warna urine bayi cenderung kuning pekat serta kenaikan berat badan yang kurang (misal: berat badan bayi newborn tidak kembali ke berat lahirnya dalam waktu maksimal 2 minggu setelah kelahiran atau pola peningkatan berat badan bayi yang tidak menunjukkan kurva peningkatan sesuai dengan growth chart pertumbuhan bayi ASI versi WHO).” (5)
Untuk penggunaan sufor bisa dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.
Lanjut ya…
Dan semua lancar sampai usia 4 bulan, BB bayi hanya nambah sedikit.
Lalu dokter memberi booster ASI nutribreast tapi berhubung stok kosong diganti lactamor.
Dan tidak begitu ngaruh…
Lalu searching searching apa saja yang menyebabkan produksi ASI menurun, dan saya pun menemukan jawabannya.
Bahwasannya salah satu kunci menyusui adalah sering seringnya kosongkan PD.
Dan jujur saja, yang biasanya saya sangat telaten 2 jam wajib sudah nyusu, dan saya malah molor 3 jam lebih pas malem karna saking lelapnya akhirnya bablassss sodara sodaraa baru bangun setelah 3 jam-an…padahal biasanya paling molor 2 jam…
Trus saya telateni kembali untuk rajin kosongkan PD. Dan lancarrr kembali
Mungkin ini akan berbeda beda, tapi ketika waktunya MPASI, saya masih sering menyusui.
Jadwal MPASI 3 kali sehari. Sekarang PRnya adalah pinter pinternya mengatur waktu menyusui dan MPASI.
Misalnya saja jadwal pemberian MPASI jam 12 siang. Nah jam 10 susui…
Kemudian susui lagi setelah pemberian MPASI.
Kalau dia sudah kenyang, biasanya hanya nyusu sebentar. Lalu susui lagi 1 jam kemudian…
Jadi, MPASI lancar dan produksi ASI pun lancar.
Lalu malamnya selama bayi tidur gimana? Saya tetap sering susui maximal 2.5-3 jam sekali.
Lah dulu katanya molor jam meng-ASI-hi trus akhirnya produksi menurun?
Ini ada kutipan artikel :
“Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun, selain mendapatkan ASI, bayi juga akan diberikan makanan dan minuman tambahan lainnya guna membantu memenuhi kebutuhan hariannya. Ini karena menurut WHO, di usia 6 bulan ke atas pemberian ASI saja sudah tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan harian bayi.
Jadi, bayi harus diberi asupan zat gizi lain dari tambahan makanan dan minuman agar kebutuhan hariannya tetap terpenuhi. Hal ini otomatis membuat kebutuhan ASI untuk bayi akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.” (4)
Dan perlu digaris bawahi “kebutuhan ASI untuk bayi akan semakin berkurang seiring bertambah usia”.
Lalu tanya di halodoc, dulu pas usia 4 bulan seret karena tubuh masih menyesuaikan dengan kondisi menyusui. Semakin rutin dirangsang dengan digunakan untuk menyusui, akan semakin lancar dan kelenjar susu akan terbiasa mengeluarkan susu.
Jadi, meski sudah lebih jarang, bisa saja susunya tetap banyak. Nanti semakin jarang disusukan, akan semakin menurun produksi ASInya.
Dan dengan kondisi sekarang yang sudah didampingi MPASI, kebutuhan ASInya tidak sebanyak dulu. Makanya ASI saya tetap lancar sampai sekarang.
Tapi jangan lupa ya semakin jarang disusukan, akan semakin menurun produksi ASInya.
Jadi, pas malem semolor molornya 4 jam udah nyusu.
Sedangkan pas pagi sampai sore, triknya seperti yang diatas saya jelaskan jika jadwal pemberian MPASI jam 12, susui jam 10 kurang. Trus susui lagi setelah pemberian MPASI. Ini khusus pas anaknya belum minta susu ya dan kalo saya sih tetap saya susukan.
Anak saya kebetulan memang kuat nyusunya, jadi sering belum saya tawarkan udah minta duluan Dalam kondisi ini, semau anaknya kasih saja.
Bagaimana dengan ASI booster?
Saya pernah pakai beberapa ASI booster.
Dannnn akhirnya saya menemukan artikel bagus tentang penjelasan lengkap tentang ASI booster.
“Penggunaan booster ASI tidak dilarang, tapi juga tidak ada booster ASI yang secara khusus dianjurkan. Setiap ibu memiliki karakter, latar belakang dan selera yang berbeda, yang kemungkinan dapat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu laktagog, dan akhirnya mempengaruhi efektivitas booster ASI tersebut, sehingga hasil yang didapat pun akan berbeda.
Penting untuk dipahami bahwa ibu akan lebih baik untuk tidak bergantung pada satu booster ASI, karena sebaik dan sebanyak apapun booster ASI yang ibu konsumsi, tidak akan banyak berpengaruh jika ibu tidak menjaga frekuensi menyusui atau memerah ASI.” (6)
Jadi, perlu digaris bawahi bahwa memang yang paling penting adalah frekuensi menyusui yaaa.
Saya hanya gunakan booster ASI selama 4 bulan, setelah itu lepas sejak anak usia 12 bulan dan sampai sekarang usia 15 bulan tidak pakai booster ASI.
Benar saja, ASI saya tetap lancar lancar saja. Yaaa karna itu, yang penting frekuensi menyusui.
Sekian tips menyusui dari saya.
Terim kasih sudah membaca.
Semoga bermanfaat ya Bun…
Dan semoga bisa meng-ASI-hi selama 2 tahun💪
Link terkait :
(1) https://aimi-asi.org/layanan/lihat/minggu-pertama-yang-menentukan
(2) https://aimi-asi.org/layanan/lihat/bayi-botol-dan-dot-benarkah
(3) https://m.facebook.com/photo.php?fbid=10206340212370049&id=1409280466&set=a.1070999501093
(4) https://hellosehat.com/parenting/menyusui/kebutuhan-asi-untuk-bayi/
(5) https://aimi-asi.org/layanan/lihat/low-milk-supply-bagaimana-memahami-dan-menyikapinya
(6) https://aimi-asi.org/layanan/lihat/ada-apa-dengan-katuk